A. Ketentuan Umum
- Peserta adalah Mahasiswa Aktif Politeknik Negeri Malang
- Pendaftaran paling lambat tanggal 14 April 2016
- Pendaftaran dapat dilakukan di masing-masing jurusan/HMJ atau di kesekretariatan UKM Seni Theatrisic (minimal 3 peserta untuk tiap jurusan)
- Setiap peserta diwajibkan membawa fotokopi KTM sebanyak 2 lembar
- Setiap peserta diharapkan hadir minimal 15 menit sebelum perlombaan untuk mempersiapkan diri, setelah sebelumnya mendaftar ulang di meja panitia
- Pada saat lomba membaca puisi tidak diperkenankan menggunakan alat pengiring, baik yang dimainkan sendiri maupun oleh orang lain
- Peserta membacakan 1 puisi wajib dan 1 puisi pilihan
- Waktu yang disediakan untuk tiap peserta adalah maksimal 7 menit, yang meliputi persiapan dan penampilan
- Waktu bagi tiap peserta terhitung mulai ketika peserta dipanggil oleh MC hingga berakhirnya penampilan peserta
- Pada saat membaca puisi peserta diwajibkan membawa teks puisi yang telah ditentukan oleh panitia
- Dalam penampilannya, peserta wajib memakai tanda peserta lomba yang diberikan panitia
- Peserta diperkenankan membawa teks waktu lomba berlangsung
- Daftar puisi wajib dapat dilihat di blog UKM Seni Theatrisic (senitheatrisic.blogspot.com)
B. Penilaian
·
Penghayatan:
Penghayatan dalam sebuah puisi bertujuan untuk menyampaikan isi dari puisi
secara ekspresif
·
Penampilan:
Penampilan dari segi busana yang rapi dan sikap percaya diri di depan panggung
·
Intonasi:
Intonasi nada yang tepat dan teratur, sesuai dengan rima dari puisi itu, tepat
tinggi rendah suara pada kata-kata
·
Pelafalan:
Pelafalan sangat penting pembedaan vokal dan konsonan yang dipertegas
karakteristik puisi.
·
Mimik
atau ekspresi: Mimik menjadi syarat wajib yang nilainya cukup tinggi, tanpa
mimik atau ekspresi muka penghayatan kurang maksimal
NB:
Apabila ada perubahan atau info lebih lengkapnya akan dijelaskan saat Technical
Meeting.
Berikut pilihan puisi wajib untuk PORSENI Politeknik Negeri Malang 2016.
ASMARADANA
Karya
Goenawan Mohamad
Ia
dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada
kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan bimasakti, yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak
ada yang berkata-kata.
Lalu
ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan
dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Lalu
ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput
halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat
yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.
Anjasmara,
adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan
pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat
remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan
wajahmu.
JEMBATAN
Karya
Sutardji Calzoum Bachri
Sedalam-dalam
sajak takkan mampu menampung airmata
bangsa.
Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam
ewuh pekewuh dalam isyarat dan kilah tanpa makna.
Maka
aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang
jalanan
yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.
Wajah
orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam
para
pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.
Wajah
yang hanya mampu menjadi sekedar
penonton etalase
indah
di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
mengucap
tanah
air kita satu
bangsa
kita satu
bahasa
kita satu
bendera
kita satu !
Tapi
wahai saudara satu bendera kenapa kini ada sesuatu
yang
terasa jauh diantara kita? Sementara
jalan jalan
mekar
di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
tumbuh
kokoh merentangi semua sungai dan lembah
yang
ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
di
antara kita ?
Di
lembah-lembah kusam pada pucuk tulang kersang dan otot
linu
mengerang mereka pancangkan koyak-moyak bendera hati
dipijak
ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak mampu
mengucapkan
kibarannya.
Lalu
tanpa tangis mereka menyanyi
padamu
negeri
airmata
kami.
PUISI DOA ORANG LAPAR
Karya
W.S. Rendra
Kelaparan
adalah burung gagak
yang
licik dan hitam
jutaan
burung-burung gagak
bagai
awan yang hitam
Allah
!
burung
gagak menakutkan
dan
kelaparan adalah burung gagak
selalu
menakutkan
kelaparan
adalah pemberontakan
adalah
penggerak gaib
dari
pisau-pisau pembunuhan
yang
diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan
adalah batu-batu karang
di
bawah wajah laut yang tidur
adalah
mata air penipuan
adalah
pengkhianatan kehormatan
Seorang
pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat
bagaimana tangannya sendiri
meletakkan
kehormatannya di tanah
karena
kelaparan
kelaparan
adalah iblis
kelaparan
adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Allah
!
kelaparan
adalah tangan-tangan hitam
yang
memasukkan segenggam tawas
ke
dalam perut para miskin
Allah
!
kami
berlutut
mata
kami adalah mata Mu
ini
juga mulut Mu
ini
juga hati Mu
dan
ini juga perut Mu
perut
Mu lapar, ya Allah
perut
Mu menggenggam tawas
dan
pecahan-pecahan gelas kaca
Allah
!
betapa
indahnya sepiring nasi panas
semangkuk
sop dan segelas kopi hitam
Allah
!
kelaparan
adalah burung gagak
jutaan
burung gagak
bagai
awan yang hitam
menghalang
pandangku
ke
sorga Mu
SELAMAT PAGI INDONESIA
Karya
Sapardi Djoko Damono
selamat
pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk
dan
menyanyi kecil buatmu.
aku
pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan
kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja
yang sederhana;
bibirku
tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku
terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu
kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di
mata para perempuan yang sabar,
di
telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami
telah bersahabat dengan kenyataan
untuk
diam-diam mencintaimu.
pada
suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar
tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor
ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu,
kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku
pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,
merubuhkan
kesangsian,
dan
menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu
pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang
megah,
biarkan
aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah
yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para
perepuan menyalakan api,
dan
di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah
hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
Selamat
pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi
salam kepada si anak kecil;
terasa
benar : aku tak lain milikmu
IBU
Karya
D. Zawawi Imron
kalau
aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur
kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya
mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila
aku merantau
sedap
kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di
hati ada mayang siwalan memutihkan sari-sari kerinduan
lantaran
hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu
adalah gua pertapaanku
dan
ibulah yang meletakkan aku di sini
saat
bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu
menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku
mengangguk meskipun kurang mengerti
bila
kasihmu ibarat samudra
sempit
lauitan teduh
tempatku
mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku
berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan,
mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau
ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu
ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran
aku tahu
engkau
ibu dan aku anakmu
bila
aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan
yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah
itu, bidadari yang berselendang bianglala
sesekali
datang padaku
menyuruhku
menulis langit biru
dengan
sajakku
0 comments: